FOTO FOTO BAYI DIBUANG DI TOILET MASIH TETAP HIDUP : Ini Pengakuan Sang Ibu

Posted by Trisnocraken Friday, May 31, 2013 0 comments
KABAR24.COM, JAKARTA— Seorang wanita berusia 22 tahun mengaku sebagai ibu dari bayi yang hanyut di toilet.
Seperti diberitakan sebelumnya seorang bayi laki-laki dibuang ke toilet, dan nyangkut di pipa berbentul huruf L selebar 3 inchi.
Untuk menyelamatkan bayi itu, petugas pemadam kebakaran harus ekstra hati-hati memotong pipa itu agar tak melukai bayi yang baru lahir itu.
Kabar dari China itu sontak saja menghebohkan dunia.
Menurut The Sun, Kamis (30/5), wanita berusia 22 tahun ini mengaku kepada polisi dia melahirkan bayi yang tak diharapkan setelah merasakan sakit perut.
Saat perutnya terasa sakit, dia ke toilet dan mencoba membendung darah yang keluar dari kelaminnya. Ternyata, saat itu janin tersebut–tampaknya dari hubungan gelap–lahir, dan dia menyiram toilet sehingga bayi baru lahir itu pun bergerak mengikuti aliran air.
Menurut polisi, wanita yang tak menikah itu berusaha memiliki anak secara diam-diam karena tak mampu menjangkau biaya aborsi.
Ironisnya, ketika petugas pemadam kebakaran menggergaji pipa toilet selama dua jam untuk menyelamatkan si bayi, wanita alias ibu bayi itu menyaksikannya.
Dia mengaku syok dan tak menduga melahirkan bayinya ketika itu. Saat ini wanita itu mengalami komplikasi. Polisi di Jinhau, bagian timur China masih mencari ayah si bayi.
“Wanita ini sangat menyesali perbuatannya,” kata seorang polisi.
Selama hamil wanita yang tak disebutkan namanya itu berusaha menyembunyikan perut besarnya dengan mengikat perutnya, dan menggunakan pakaian longgar.
Pasangan di China didenda jika memiliki lebih dari seorang anak. Ini dilakukan untuk mengontrol populasi penduduk yang besar.
Wanita itu sangat panik ketika merasakan sakit perut. “Dia mencoba memegang sesuatu untuk menolong dirinya karena dia mengalami perdarahan. Dia tak sanggup memegang bayinya, sehingga bayi baru lhir itu tergelincir ke lubang toilet,” kata polisi.
Dokter yang merawat sang bayi masih menemukan plasenta melekat di tubuh bayi tersebut.
Bayi itu diberi nama Bayi 59 sesuai dengan nomor inkubatornya. Bayi itu selamat, dan bisa tidur nyenyak setelah diberi minum susu.
Direktur Pujiang People Hospital Wu Xinhong mengatakan bahwa bayi sudah sehat dan bisa dibawa pulang kemarin.
“Kondisinya baik, tapi keluarganya belum menjemputnya,” tambahnya. (Kabar24/nj)







MUNGKIN ANDA TERTARIK UNTUK MEMBACA:



Suju Minta Disuguhi Sate dan Nasi Padang

Posted by Trisnocraken 0 comments
Oleh ayuutami@cekricek.co.id (Ayu Utami) | CekRicek

Jakarta, C&R Digital - Boyband Asal Korea Selatan Super Junior akan segera menyapa penggemarnya di Indonesia dalam konser bertajuk Super Show 5 (SS5) di Mata Elang Internasional Stadium (MEIS) Jakarta, konser akan berlangsung selama dua hari yaitu Sabtu dan Minggu (1-2 Juni 2013).
Super Junior sendiri akan tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jum'at (31/5) sore. Mereka akan langsung melakukan gladi resik untuk mempersiapkan konser.
"Selain minta di sediakan makanan Korea, mereka juga minta disuguhi makanan Indonesia, yaitu sate, nasi goreng dan nasi Padang," kata  Febrina Agusta dari Dyandra Entertainment selaku promotor SS5, saat ditemui wartawan, Kamis (30/5) sore.
Pihak promotor juga mengakui tidak terlalu sulit mendatangkan Super Junior ke Indonesia.
"Kami bernegosiasi dua bulan dengan manajemen Super Junior, dan mereka permintaannya gak aneh-aneh walaupun permintaannya  banyak sekali, tapi semua sudah tersedia," kata Febriana.

Gara-gara Selingkuh dengan Adik Ipar Ryan Giggs (Pemain MU) Dikucilkan Keluarga

Posted by Trisnocraken Thursday, May 30, 2013 0 comments
TRIBUNNEWS.COM – Perselingkuhan Ryan Giggs dan istri adiknya, Natasha beberapa tahun lalu, benar-benar telah mengucilkan pemain Manchester United ini dari lingkungan keluarganya. Komunikasi dengan adiknya yang juga suami Natasha, Rhodri Giggs, dan ayahnya, Danny Giggs, kontan terputus. Karena itulah, Giggs sama sekali tak tahu bahwa ayahnya sekarang terserang kanker prostat, dan harus menjalani operasi.
Sejak terbongkarnya perselingkuhan itu, Rhodri tak sudi berhubungan dengan Ryan ataupun Natasha. Ayah mereka, Danny Giggs, juga marah dan tak mau bicara dengan Giggs, apalagi bertemu dengannya. Karena itu, Ryan tak pernah tahu perkembangan keluarganya. Bahkan, ia tak tahu jika ayahnya kini terserang kanker prostat dan harus dioperasi.
"Dia (Ryan) telah menghancurkan keluarga kami. Saya benar-benar tak mau peduli bahwa kami tak bicara lagi," kata Rhodri, masih sakit hati, seperti dikutip The Sun. Karena perselingkuhan itu, Rhodri menceraikan Natasha. Natasha sempat memohon kepada Rhodri untuk diberi kesempatan berbaikan. Namun, Rhodri sudah tak bisa hidup dengannya. Rhodri kini hidup bahagia dengan kekasih barunya, Soe Ashton.
Menurut Rhodri, ayahnya juga ikut sakit hati oleh kelakuan kakaknya itu. Bahkan, ayahnya menilai kelakuan Ryan tak termaafkan dan sangat mengganggu. Oleh sebab itu, Danny tak memberitahukan soal kanker yang ia idap kepada Ryan.
"Ryan juga tak melakukan usaha untuk mengontak saya dan saya juga tak mau berusaha mengontaknya. Saya sedang berjuang melawan kanker prostat dan telah memutuskan untuk menjalani operasi serta terapi radiasi. Ini akan dilakukan dalam waktu dekat. Saya sangat sakit, tapi ini tergantung kepadanya (Ryan) apakah akan mencoba untuk berhubungan dengan kami," kata Danny.

Kejadian Langka Dansa 3 Planet Merkurius, Venus dan Jupiter Terlihat dari Bumi

Posted by Trisnocraken 0 comments

Mirip! Artis Indonesia vs Artis Hollywood

Posted by Trisnocraken 0 comments

Setiap manusia memang diciptakan berbeda dengan masing-masing keunikan dan karakter. Tetapi dari semua keunikan yang dimiliki masing-masing individu terdapat sedikit kesamaan yang membuat kita saling terhubung. Kesamaan tersebut bisa dalam karakter, ketertarikan, budaya atau bahkan secara fisik. Walaupun orang asia memiliki karakter fisik yang berbeda dengan orang eropa dan amerika, tetapi terkadang terdapat beberapa kemiripan. 

Bicara tentang kemiripan, memiliki wajah yang mirip dengan selebritas di Hollywood pastinya menimbulkan sedikit kebanggaan tersendiri. Tapi saya disini bukan ingin membahas kemiripan wajah saya dengan selebritas Hollywood; karena jujur saja saya tidak merasa memiliki kemiripan wajah dengan satupun selebritas, justru saya ingin mengungkap beberapa selebritas Indonesia yang menurut saya memiliki kemiripan dengan selebritas Hollywood. 

Jadi bukan hanya orang biasa saja yang bisa mirip dengan selebritas, tapi sesama selebitas yang tidak memiliki hubungan darah pun bisa terlihat mirip. Silakan Anda nilai sendiri foto seleb lokal kita dengan para pesohor Hollywood berikut!









MUNGKIN ANDA TERTARIK UNTUK MEMBACA:



Foto-foto personil SuJu jadi Superhero

Posted by Trisnocraken 0 comments

Demam Tinggi, Shindong Digantikan 3 Member SuJu Lain Bawakan 'Shimshimtapa'

Posted by Trisnocraken 0 comments
- Selain berprofesi sebagai penyanyi, para member Super Junior juga dikenal memiliki profesi sampingan seperti aktor, MC, pembawa acar, dan juga penyiar radio. Salah satunya yang sedang disibukkan oleh aktifitas tersebut adalah Shindong Super Junior. Shindong saat ini tengah berstatus sebagai DJ acara radio MBC ‘Shimshimtapa’.
Namun dalam siarannya pada Selasa, 28 Mei lalu, salah satu member Super Junior yang paling humoris ini terkena demam tinggi. Alhasil ia harus meninggalkan acara lebih awal dikarenakan kondisinya yang tak memungkinkan untuk meneruskan acara.
Shindong pun meminta tolong pada teman satu member Super Juniornya agar menggantikannya melanjutkan membawa acara tersebut. Namun kekompakan dan sikap saling dukung yang kental dimiliki oleh para member Super Junior membuat Shindong tak kesulitan untuk mencari penggantinya.
Tahu jika hyung mereka sedang sakit, member Super Junior Sungmin, Donghae, dan Sungmin pun dengan sukarela menggantikan Shindong untuk membawakan siaran radio ‘Shimshimtapa’. Ditengah kesibukan individual mereka yang sangat padat, ketiganya pun dengan senang hati menyempatkan untuk datang dan meneruskan acara.
Kru ‘Shimshimtapa’ yang merasa sangat tersentuh dan terbantu berkat kehadiran Sungmin, Eunhyuk, dan Donghae di studio ini pun mengucapkan rasa terimakasih mereka lewat akun Twitter ‘Shimshimtapa’.
“Pria sejati dengan loyalitas, yang sepenuhnya mengisi tempat kosong DJ Dong kami yang sedang sakit. Benar-benar menyenangkan memiliki member seperti mereka. Ayo kembali lagi besok dengan kondisi yang lebih sehat..”, tweet staf ‘Shimshimtapa’.
Bersamaan dengan tweet tersebut, mereka juga mengunggah foto Sungmin, Eunhyuk, dan Donghae yang nampak sangat akrab dengan masing-masing mengenakan pakaian kasual, tak lupa senyuman yang tersinggung di wajah mereka. Super Junior memang selalu kompak ya!
(ncl)

Pesta Ulang Tahun Ahmad Dhani Hasil Patungan

Posted by Trisnocraken Wednesday, May 29, 2013 0 comments
KAPANLAGI.COM - Ahmad Dhani mengaku tak perlu merogoh kocek lebih dalam untuk menggelar acara hari jadinya yang ke-41. Bahkan ia menganggap acara ini adalah perayaan ulang tahun yang paling murah.
Pasalnya perayaan ulang tahun ke-41 ini tak lepas dari bantuan sahabat. Dari urusan AC hingga sound sistem, bapak tiga anak mengaku dibantu sahabatnya, Ari Lasso.
"Ulang tahun saya kali ini, adalah yang paling murah. Yang sewa AC Ari Lasso, sound system, pokoknya semuanya sumbangan," akunya saat ditemui di kediamannya, Kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa (28/5) malam.
Kecintaannya terhadap warna hitam diperlihatkan Ahmad Dhanilewat tenda yang berdiri di depan rumahnya. Garasi rumah juga ia sulap menjadi panggung kecil.
"Saya kan suka hitam. Sebenarnya lebih manfaatin garasi saya yang multi fungsi juga," terangnya.
Di perayaan itu, Dhani juga akan dihibur oleh penampilan kontestan X-Factor 2013, Isa Radja dan Alex Rudiat. "Nanti ada Isa Radja, Alex Rudiat, namanya juga off air. Lainnya saya belum tentu," tandasnya. (kpl/aha/dis/sjw) 

Edit Foto Keren Dengan Aplikasi Online (Edit Foto Online)

Posted by Trisnocraken Thursday, April 25, 2013 0 comments
Hay mas bro, mba bro... Dah lama nih gak update blog, kali ini ane akan berbagi post tentang Edit Foto Keren Dengan Aplikasi Online. Ok mas bro mba bro, cara edit foto dengan mudah tanpa harus menggunakan aplikasi photoshop ada banyak caranya, salah satunya dengan menggunakan Aplikasi Edit Foto Online yang mudah cara penggunaannya. Ini adalah beberapa contoh Edit Foto Keren Dengan Aplikasi Online punya ane:





Contoh Foto:









Gimana mas bro mba bro fotonya? heheee maap kalo fotonya modelnya cuman ane doank. udah gak sabar Edit Foto Keren Dengan Aplikasi Online, ok ok cekidot!! berikut alamat situs websitenya:
1. www.rollip.com
2. www.ipiccy.com
kalo masih kurang silahkan cari aja di Mbah Google.com heheee. Sekian postingan ane terimakasih sudah mampir di blog ane. maap kalo isinya kurang memuaskan heheheeee.

Faithful Learning

Posted by Trisnocraken Thursday, February 21, 2013 0 comments


Faithful Learning

Benny Arnas (Media Indonesia, January 20, 2013)



THE arrival of uninvited and unannounced, 27-year boy was preparing a story for Mayang, a virgin who is always alone every evening at the intersection district. Habits that have been aged 25 years.

But instead of listening, she does not even necessarily accept the arrival of a stranger. The young man tried to appear calm, as if already anticipating all the possibilities. He said that it had been nearly two years he searched for the woman. So, it is ridiculous if he had to return without completing his point.

I come from Binjai, a hamlet in Muarakelingi, he said. But what's in a place for the arrival of a sudden. Virgin unmoved as not hear anything. For the boy, it's a good sign. Moreover, the woman opened the door wider and menyilakannya entry.
Ah, the lights along the goal came on.

However, he just sat in a wicker chair in an old clapboard house, the woman was surprised. "Musmulikaing name," she murmured. Flat intonation so that the sentence would not be a question sentence. And, it looks like it does not require an answer. He just stared at the boy without searchingly. "I never thought that this time my dream will come true." Then he went into the back room, wiping the blinds shells that are rare and tenuous.

The young man was silent. His eyes followed the woman disappeared back behind the booth.

"It's been many years, there is always buzzing sound in my dreams. A young man named Musmulikaing will come in the near future. "Mayang audible voice from behind the wooden booths. Occasionally the sound of the spoon that collided with a faint knocking cups eardrum. "Your name does rada strange but familiar sound. I do not know when and where your name is never kuakrabi. Ah never mind, his name is also a dream, sometimes can not be rationalized. "She's back through the curtain with a cup of hot tea in his left hand. "But the dream this time, however, it seems there is no other." He put the cup of tea on the table and rattan chair. "Drink it. Guest is king. Moreover, guests of the dream. "He chuckled, as mocking his own words.

The young man cengengesan. His right hand scratches his head is not itchy.

"In today's world, dreams really signaled an occurrence is rare. Dream no more as an extension of the will of man; anything that is not or has not been able to achieve in the real world, he was brought to the bed. A dream that was so, called the flower bed, dream nothing! "

"Then what was coming at someone in a dream?" He asked after sipping tea.

Mayang shook his head. "But ... instead, you want to tell?"

***

Syahdan, a man revealed the biggest secret of his life.

When he was young, he had a relationship with a girl. The young man wanted to present to his girl to ask for her hand surprise suddenly. Right! What he did was surprising. Courtship rejected. O, how he forgot that someone who was born, lived, and self-sufficient in Binjai, high home village living from tapping rubber and catch fish in a tributary of Musi seluang, taklah able to stand on the same stair descent girl pesirah in Kayuara.

Tercorenglah his young family. What a shame. The girl was really disappointed with what his family did. He deplored the behavior is his girlfriend who suddenly came with 20 relatives, 12 bejek black sticky tray, 6 bunches of bananas horns, and rice sepikul ladies miss. But, really, it all evaporates and becomes insignificant when compared with the presumption ketakterimaannya family. Then, through a faithful messenger, he sent a letter to the young man. Apparently the intention is not always in tune with reality. Letters were cast as the runner-girl-passed mandate leaves the young man's bedroom window, was caught by the father of the young man's perspective.

A retaliatory plan was prepared. The father had never delivered the letter to his son. In fact, until he jodohkan son with a woman who is distantly related one year later.
He knew his son take it for granted because it was disappointed at the news his girlfriend are no news after the expulsion. For the boy, it was like a shameful incident confirmed that the girl was deliberately stay away from him, removed relationships that have long dikebat ....

His wife, because it can not afford a display that only pigeon clocked at night, eventually inflamed for a long time. Actually, Nor the boy intention. However, like the unconscious led him to do things that are not his nature. They were like two strangers were laid off. Without greetings, jokes, let alone intimate story. Whether it was death that have arrived or rajaman kenelangsaan, his wife dying a few days after the first child; men.

Her husband raised his only child alone. He wanted to prove to his father's frail that her love for her Kayuara would not be whole until whenever, by anything. Initially the father ignored. However, finding the fact that his son was able to live alone while raising her grandson up single, is a hard slap him. He sank. Indeed, he actually hated the ketaklukannya. However, he is actually more hate again on the mossy selfishness and newly eroded after nearly a quarter of a century later-although he nevertheless never forget the family of the girl's vanity.

So, on a dark night, at the end of a rusty old tersebab pain, he opened the secret. About the letter. About meetings at the intersection near the merbau trees in Muarabeliti ahead sunset-that he never preached to his son.

***

"Simpang Muarabeliti-district capitals?" Suddenly she was interrupted.

The boy nodded.

"Evening?" The young man nodded again.

"So the letter was never read? Do men know that, until now, the girl still single? "

The young man was silent.

"... And live alone because his family never want to have children dissident, is unwilling to live at home with a young girl who loves not worth it."

Suddenly she got up from his seat. "Why, why the story ...."

"Yes, maybe Mom wondered why my story is very similar to the mother's life story, is not it? My mother lived in Kayuara? "

"Do not get out!" Mayang voice rising.

"Mom's not a pompous know?" The young man shouted back. "You know that girl in the ass story still single until now!"

Virgin stunned as stunned. Then he slowly sat back down. "It penantianku is calling without sound and response." His voice sounded straightforward without passion. Her eyes were red.

"Waiting? Looking forward to the men in the story? "Youth voice soft, almost inaudible.

Virgin did not answer. Only the tears that suddenly melted.

"Stay tuned Semibar?" Sounds like the young man choked.

"And you are Musmulikaing." Voice of Mayang memarau. There is a thin smile, very thin, scratched at her lips. She wiped her tears with the tip of his cotton shirt.

"No!" Said the young man quickly. "I ...."

"Yes, not only that!" Cut Mayang equally fast. "Musmulikaing is the fruit of marriage Jeruma Semibar with an old age."

Young man's mouth locked.

"And she was Mayang Nilamsari Kayuara bint Umar Hamid, right?"

The young man suddenly felt his throat constrict.

She was now smiling, really smiling. "Thank you for your story. Your father was accomplished poet. To explain all the anomalies of the past us, he even felt the need to send you for the trip in my dreams before he comes in front of me. "

He smiled, a smile that looks more like a grimace.

"I'm not mad at Semibar. There is no order. I even understand the marriage. Sincere love is bilau leaves ink dripping shroud, the stain will not peel moreover erased by rain though. O yes, tell your father: 'There is a greeting from me'. "

The young man rose from his seat. Actually, he wanted to explain that his name not Musmulikaing. But it becomes important again when have facts so thrilling: a woman willing to be single until age crept half a century.

The young man kissed the back of her hand Mayang with reverence, as if he were saying goodbye to his biological mother, to bring good news to the edge nan heartbreaking child Musi River and then pass it on to Semibar.

To his father. (*)

Mimpi Stefani

Posted by Trisnocraken Wednesday, February 20, 2013 0 comments

Cerpen Bamby Cahyadi (Media Indonesia, 3 Februari 2013)

SELEPAS mimpi buruk, ia bagai terdampar di pulau paling sunyi. Beberapa serpihan adegan mimpi masih tersisa di pelupuk matanya. Stefani kedinginan. Tentu saja, karena ia tidur tanpa busana. Tubuhnya hanya ditutupi selimut tebal. Selimut hangat yang tiba-tiba jatuh ke lantai membuat ia terbangun. Masih terperangkap dalam ingatannya, suara-suara pedang beradu, bunyi sepatu berderap di lorong-lorong, tawa yang menyerupai lolongan iblis kejam dan bunyi kepala terpenggal, lalu menggelinding di lantai.
Stefani bersedekap, mencengkeram selimut dan menyambarnya sampai ke dagu, mencoba membuat dirinya tetap hangat dan tenang. Ia menatap langit-langit kamar. Sesaat kemudian, ia memijat tengkuknya sendiri.
“Tidurku selesai,” gumamnya lirih. Ia menegakkan punggung dan turun dari ranjang sembari mengambil sebatang rokok dari bungkusnya yang tergolek di meja rias. “Mimpi sialan!” umpatnya sambil menyalakan rokok.
Stefani menyandarkan kepala di tepi jendela. Matanya menerawang jauh di kegelapan subuh yang masih pekat. Rokok terus ia isap dan asapnya ia hembuskan ke kaca jendela. Asap itu membentuk semacam kabut tipis yang misterius. Dari gumpalan asap yang terhembus dari bibirnya, Stefani seperti melihat hembusan napas terakhir seseorang. Seandainya mati seperti orang yang menghembuskan asap rokok, betapa bahagia kematian nenek dan ibunya. Tentu banyak orang akan memilih mati ketimbang melanjutkan hidup yang menjengkelkan ini.
***
Ia ingat neneknya. Ketika masih hidup, nenek kerap menuturkan berbagai cerita seram yang membuat bulu kuduknya berdiri. Cerita tentang mimpi-mimpi. Nenek sering bermimpi tentang iblis-iblis yang dengan kejam memenggal kepala manusia. Nyaris semua mimpi nenek penuh jeritan dan kematian dalam adegan-adegan berlumur darah. Neneknya sering terjaga pada malam-malam penuh mimpi buruk itu. Akhirnya perempuan tua dan rapuh itu mencoba bunuh diri di usia 60 tahun. Usaha bunuh diri dengan menenggak berpuluh-puluh pil tidur gagal dan sia-sia. Neneknya malah tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang saat ia hendak berobat ke Belanda. Ibunya juga tewas pada kecelakaan yang sama. Masa itu Stefani berusia 13 tahun.
Setahun sejak kematian nenek dan ibunya, Stefani kerap disergap mimpi-mimpi buruk yang mengerikan. Mimpi bergelimang darah selalu mengepung tidurnya. Untuk mengusir kegilaan itu, dan takut tergoda mengikuti jejak neneknya—melakukan percobaan bunuh diri secara dini—atau mengonsumsi narkoba, ia pun menyalurkan cerita mimpinya ke dalam kanvas-kanvas lukisan. Stefani melukis apa saja yang dilihatnya dalam mimpi, untuk mengenyahkannya dari alam bawah sadarnya, berbagai adegan mimpi itu di atas kanvas-kanvas lukis. Kini ia tahu, mengapa neneknya sering mendongengkan mimpi-mimpi buruk. Rupanya itu sebagai penyaluran. Agar nenek tak gila.
***
Stefani menyelesaikan isapan rokok terakhir sebelum membenamkan puntungnya ke dalam gelas minuman di sisi jendela. Ia membuka kunci jendela dengan sebelah tangannya. Udara dingin langsung berembus kencang mencubiti sekujur kulitnya yang tak sempat tertutup selimut hangat. Butir-butir salju yang baru turun bagai menari-nari memasuki kamarnya. “Walaupun dingin, aku butuh sedikit udara segar,” ujarnya kepada diri sendiri.
Stefani menyibakkan rambut dan menggosok pipinya dengan telapak tangan. Rupanya hawa dingin hampir saja membekukan wajah cantiknya. Ia segera menutup jendela kamar. Lantas berjalan keluar kamar, berdiri di depan sebuah kanvas berukuran besar yang belum tersapu cat minyak. Tak lama setelah itu, ia tenggelam dalam keasyikan melukis. Tangannya dengan lincah bergerak-gerak menyapu permukaan kanvas dengan kuas. Memindahkan mimpi-mimpinya, perasaannya berangsur-angsur menjadi tenteram.
***
Beberapa bulan lalu, ia memperlihatkan lukisannya kepada seorang sahabat. Patrick begitu terpukau oleh lukisan Stefani. Itulah lukisan para malaikat dengan sayap hitam yang terkembang, melayang-layang di langit merah darah. Keganjilan lukisan itu malah memesona Patrick. Ia memohon untuk melihat lukisan Stefani yang lain. Maka, diajaklah Patrick masuk ke sebuah ruangan yang menyerupai gudang. Dinding-dinding ruangan itu dihiasi berbagai lukisan hasil pelampiasan mimpi-mimpi buruk Stefani. Di dekat lemari besar yang dipoles mengilap, ada sebuah lukisan teronggok begitu saja, tersandar pada lemari. Patrick terkesiap dan hampir menjerit melihat lukisan itu, namun ia langsung menguasai dirinya. “Begitulah rupa iblis,” ucap Stefani, ringan. Gambar seraut wajah dengan mata bersinar merah cerah. Mulutnya berbusa dan sedang menggigit sebuah kitab. Mungkin kitab suci sebuah agama.
Patrick, kurator lukisan, tentu saja bagai menemukan harta karun. Mulutnya sampai ternganga-nganga dan tak henti-henti lidahnya berdecak menimbulkan suara serupa cicak yang sedang berburu mangsa di dinding. Dirancanglah sebuah pameran lukisan karya Stefani. Meski Stefani sempat menolak, berkat argumentasi Patrick yang cemerlang, akhirnya Stefani mau juga menggelarnya. Pameran diselenggarakan di sebuah galeri seni di Jakarta. Banyak pengunjung pameran lukisan itu.
Entah apa sebabnya, ada sekelompok orang merasa tak suka dengan lukisan karya Stefani. Mereka begitu marah dan mengancam akan membakar galeri dan seluruh lukisan Stefani apabila pameran tak dihentikan.
“Demi Tuhan, itu lukisan-lukisan setan!” pekik kelompok orang yang semuanya memakai serban, peci, dan gamis putih. Mereka menunjuk lukisan sebuah wajah dengan mata bersinar merah cerah dengan mulut berbusa dan sedang menggigit sebuah kitab. Wajah mereka tampak menjadi lebih seram dan sangar daripada wajah dalam lukisan itu. Mereka mengepung galeri itu. “Bunuh pelukisnya!” teriak yang lain. Stefani tersenyum miris, sebelum ia memutuskan angkat kaki dari galeri dengan linangan air mata dan kebencian.
***
Stefani menempati sebuah rumah berbentuk setengah lingkaran dengan halaman depan selalu tertutup salju bila musim dingin tiba. Beberapa bagian atap rumahnya mencuat ke atas seperti menjulang menggapai langit malam. Itulah mengapa Stefani memilih rumah ini sebagai tempat tinggalnya di Jerman. Rumah dengan keheningan yang ganjil.
“Bahkan, malaikat maut pun enggan datang ke sini,” gurau Stefani ketika teman-temannya dari Indonesia mengunjungi kediamannya, sebulan lalu. Peristiwa pameran lukisan itu akhirnya membawa Stefani ke Kota Rheine. Ia memilih meninggalkan Indonesia dan menetap di Jerman.
Pagi telah tiba. Tapi, rumah Stefani tidak menunjukkan tanda-tanda tentang itu. Sinar matahari yang redup tak mampu merembes melewati tirai yang ditempel di satu-satunya jendela di balkon rumahnya. Stefani telah menyelesaikan lukisannya semalam. Ia menegakkan punggungnya. Stefani melihat ke arah jam dinding. Tiga jam lagi seharusnya mereka tiba. Ia ingin semuanya sudah siap sebelum itu. Ia menata meja dan kursi-kursi di ruangan tengah. Ia pun menyiapkan cangkir-cangkir dan piring-piring untuk beef pie cake dan champagne bagi para tamunya nanti. Sebentar-sebentar ia memandang jam dinding yang tampak berdetak lambat. Sampai tiga jam berlalu. Saat Stefani menyimpan kembali beef pie cake danchampagne itu ke dalam lemari pendingin, pintu rumahnya diketuk seseorang dari luar. Ia bergegas menuju beranda.
“Akhirnya datang juga!” serunya dalam hati. Tamunya dua orang perempuan. Seorang perempuan tua dan seorang lagi perempuan paruh baya. Perempuan tua tersenyum, menunjukkan gigi-giginya yang masih utuh walaupun di usia senja. Kulitnya berwarna pucat. Rambutnya nyaris putih semua dan bergantung selurus panah ke bahunya, tepat mengusap kerah jas hitamnya. Perempuan yang lain memiliki raut wajah yang cantik seperti Stefani. Ia tersenyum, kulit wajah bersemu merah, seperti menahan rasa rindu yang berlarat-larat pada Stefani. Ia memakai rompi bulu-bulu tebal dan bercorak simbol-simbol perak yang terpilin-pilin. Mereka berdua kelihatan seperti bidadari yang baru saja keluar dari sebuah buku. Ya, dari sebuah buku layaknya cerita dongeng.
“Nenek, Mama, aku kangen!” seru Stefani menghambur memeluk dan menciumi pipi kedua perempuan itu.
“Bagaimana perjalanan kalian dari Belanda ke Jerman?” tanya Stefani. Mereka lantas terlibat percakapan yang penuh kehangatan. Di ujung beranda yang tertutupi serpihan salju, bergerak-gerak ke arah mereka bayangan hitam pekat dengan gerakan terputus-putus yang tajam. Meski gerakan bayangan hitam itu tersentak-sentak, bayangan itu mendekat dengan gesit.
Tiba-tiba terdengar bunyi gerincing logam bertemu logam. Derap sepatu di lorong beranda. Suara jeritan yang tercekat dari mulut nenek dan ibunya, ketika kepala mereka menggelinding di lantai ruang tamu. Darah tepercik di wajah Stefani. Stefani terbangun di ranjangnya sendirian, lagi-lagi dengan mimpi buruk yang kian bergejolak. Ia menyeringai sebelum menyulut sebatang rokok yang telah ia sisipkan di belahan bibirnya yang seksi.
“Mimpi sialan!” Stefani kini sedang melukis mimpinya.


Jakarta, 2012
Bamby Cahyadi, bergiat di Komunitas Sastra Jakarta (Kosakata). Bukunya, Kisah Muram di Restoran Cepat Saji (2012).

Cerpen "Belajar Setia"

Posted by Trisnocraken Sunday, February 17, 2013 2 comments

Belajar Setia

Cerpen Benny Arnas (Media Indonesia, 20 Januari 2013)


PADA kedatangan tak diundang dan tanpa pemberitahuan, pemuda 27 tahun itu sudah menyiapkan sebuah cerita untuk Mayang, perawan yang saban petang selalu menyendiri di simpang kabupaten. Kebiasaan yang sudah berumur 25 tahun.

Namun alih-alih mendengarkannya, perempuan itu bahkan tidak serta-merta bisa menerima kedatangan seorang tak dikenal. Pemuda itu berusaha tampak tenang, seolah sudah mengantisipasi semua kemungkinan. Ia katakan bahwa sudah hampir dua tahun ia mencari perempuan itu. Jadi, adalah konyol apabila ia harus kembali tanpa menuntaskan maksudnya.

Saya datang dari Binjai, sebuah dusun di Muarakelingi, katanya. Namun apalah arti sebuah tempat bagi kedatangan yang tiba-tiba. Mayang bergeming seperti tidak mendengar apa-apa. Bagi si pemuda, itu pertanda baik. Apalagi perempuan itu lalu membuka daun pintu lebih lebar dan menyilakannya masuk.
Ah, lampu-lampu di sepanjang jalan tujuannya mulai menyala.

Namun, baru saja ia duduk di kursi rotan tua dalam rumah papan itu, perempuan itu sudah mengejutkannya. “Namamu Musmulikaing,” begitu gumamnya. Intonasinya datar sehingga kalimat itu tak menjadi kalimat tanya. Dan, ia sepertinya memang tak memerlukan jawaban. Ia hanya menatap si pemuda tanpa selidik. “Aku tak pernah berpikir kalau kali ini mimpiku akan jadi kenyataan.” Lalu ia berlalu ke bilik belakang, menyeka tirai kerang yang sudah jarang dan renggang.

Pemuda itu diam. Matanya mengekor punggung si perempuan yang lenyap di balik bilik.

“Sudah puluhan tahun, ada suara yang selalu berdenging dalam mimpi-mimpiku. Seorang pemuda bernama Musmulikaing akan datang dalam waktu dekat.” Suara Mayang terdengar jelas dari balik bilik kayu itu. Sesekali bunyi sendok yang beradu dengan cangkir sayup mengetuk gendang telinga. “Namamu memang rada aneh tapi kedengarannya tak asing. Aku tak tahu kapan dan di mana namamu pernah kuakrabi. Ah biarlah, namanya juga mimpi, kadang tak bisa dinalar.” Perempuan itu sudah kembali menerobos tirai dengan secangkir teh hangat di tangan kirinya. “Tapi mimpi kali ini, bagaimanapun, rasanya ada yang lain.” Ia meletakkan cangkir teh itu di atas meja lalu duduk di kursi rotannya. “Minumlah. Tamu adalah raja. Apalagi tamu dari alam mimpi.” Ia tertawa kecil, seperti mengejek kata-katanya sendiri.

Pemuda itu cengengesan. Tangan kanannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Di zaman sekarang, mimpi yang benar-benar mengisyaratkan sebuah kejadian sudah langka. Mimpi tak lebih sebagai perpanjangan kehendak seseorang; apa-apa yang tidak atau belum mampu diraih di alam nyata, ia bawa ke dalam tidurnya. Mimpi yang begitu, yang disebut bunga tidur, mimpi yang tak berguna!”

“Lalu untuk apa seseorang dalam mimpi itu mendatangimu?” tanya pemuda itu setelah menyeruput teh.

Mayang menggeleng. “Tapi… bukannya, kau ingin bercerita?”

***

Syahdan, seorang laki-laki mengungkapkan rahasia terbesar dalam hidupnya.

Ketika masih muda, ia menjalin hubungan dengan seorang gadis. Pemuda itu ingin mempersembahkan kejutan kepada gadisnya dengan meminangnya tiba-tiba. Benar! Apa yang ia lakukan memang mengejutkan. Pinangannya ditolak. O, bagaimana ia lupa kalau seseorang yang lahir, tinggal, dan berdikari di Binjai, dusun rumah tinggi yang hidup dari menyadap karet dan menjaring ikan seluang di anak Sungai Musi, taklah mampu berdiri di atas anak tangga yang sama dengan gadis keturunan pesirah di Kayuara.

Tercorenglah keluarga besar sang pemuda. Betapa malunya. Sang gadis benar-benar kecewa dengan apa yang keluarganya perbuat. Ia memang menyesalkan tingkah kekasihnya yang tiba-tiba datang dengan 20 orang sanak kerabat, 12 nampan berisi bejek ketan hitam, 6 tandan pisang tanduk, dan sepikul beras dayang rindu. Namun, sungguh, semuanya menguap dan menjadi tak berarti bila dibandingkan dengan ketakterimaannya atas kepongahan keluarganya. Maka, lewat seorang pesuruh yang setia, ia mengirimkan sepucuk surat kepada si pemuda. Ternyata maksud tak selamanya selaras dengan kenyataan. Surat yang dilemparkan si pesuruh—sebagaimana amanah si gadis—lewat daun jendela kamar si pemuda, tertangkap pandang oleh ayah si pemuda.

Sebuah rencana pembalasan pun disiapkan. Sang ayah tak pernah menyampaikan surat itu kepada putranya. Bahkan, hingga putranya ia jodohkan dengan seorang perempuan yang masih berkerabat jauh satu tahun kemudian.
Ia tahu, putranya menerima begitu saja karena kecewa pada kekasihnya yang tiada kabar berita setelah pengusiran itu. Bagi si pemuda, peristiwa memalukan itu bagai menegaskan bahwa gadis itu sengaja menjauh darinya, melepas hubungan yang sudah sekian lama dikebat….

Istrinya, karena tak kuat menjadi pajangan yang hanya digauli di malam punai, akhirnya meradang berpanjangan. Sebenarnya, tiadalah si pemuda bermaksud demikian. Namun, alam bawah sadar bagai menuntunnya untuk melakukan hal-hal yang bukan tabiatnya. Mereka tak ubahnya dua orang asing yang dirumahkan. Tanpa sapa, canda, apalagi cerita mesra. Entah karena ajal yang sudah tiba atau rajaman kenelangsaan, sang istri meregang nyawa beberapa hari seusai melahirkan anak pertama; laki-laki.

Suaminya membesarkan putra semata wayangnya sendirian. Ia ingin membuktikan kepada ayahnya yang sudah renta bahwa cintanya kepada gadis Kayuara itu tak akan luruh hingga kapan pun, oleh apa pun. Awalnya sang ayah tak mengacuhkan. Namun, mendapati kenyataan bahwa putranya mampu hidup sendirian sembari membesarkan cucunya hingga bujang, adalah tamparan keras baginya. Ia trenyuh. Sungguh, sebenarnya ia benci pada ketaklukannya. Namun begitu, sejatinya ia lebih benci lagi pada keegoisannya yang berlumut dan baru terkikis setelah hampir seperempat abad kemudian—walaupun ia jua takkan lupa kesombongan keluarga si gadis.

Maka, pada suatu malam yang temaram, di ujung sakit tersebab usia yang berkarat, ia membuka rahasia itu. Tentang surat itu. Tentang pertemuan—di simpang kalangan dekat pohon merbau di Muarabeliti jelang terbenamnya matahari—yang tak pernah ia beritakan kepada putranya.

***

“Simpang Muarabeliti—ibu kota kabupaten?” Tiba-tiba perempuan itu menyela.

Pemuda itu mengangguk.

“Petang?” Pemuda itu mengangguk lagi.

“Jadi surat itu tak pernah dibacanya? Apakah laki-laki itu tahu bahwa, hingga saat ini, gadisnya masih melajang?”

Pemuda itu diam.

“… dan hidup sebatang kara karena keluarganya tak sudi punya anak pembangkang, tak sudi serumah dengan gadis yang mencintai pemuda tak sepadan.”

Tiba-tiba perempuan itu bangkit dari tempat duduknya. “Mengapa, mengapa ceritamu….”

“Ya, mungkin Ibu heran mengapa ceritaku sangat mirip dengan kisah hidup Ibu, bukan? Ibu pernah tinggal di Kayuara?”

“Jangan sok tahu!” Suara Mayang meninggi.

“Bukannya Ibu yang sok tahu?” Pemuda itu balas berseru. “Ibu sok tahu kalau gadis dalam ceritaku masih melajang hingga kini!”

Mayang tercenung seperti terhenyak. Lalu perlahan ia kembali duduk. “Ternyata penantianku adalah panggilan tanpa bunyi dan jawaban.” Suaranya terdengar lempang tanpa gairah. Matanya memerah.

“Penantian? Menantikan laki-laki dalam ceritaku?” Suara pemuda itu lirih, hampir tak terdengar.

Mayang tak menjawab. Hanya air matanya yang tiba-tiba meleleh.

“Menantikan Semibar?” Suara pemuda itu bagai tercekat.

“Dan kau adalah Musmulikaing.” Suara Mayang memarau. Ada senyum tipis, sangat tipis, menggurat di bibir perempuan itu. Ia menyeka air matanya dengan ujung baju katunnya.

“Bukan!” tukas pemuda itu cepat. “Aku….”

“Ya, bukan hanya itu!” potong Mayang tak kalah cepat. “Musmulikaing adalah buah perkawinan Semibar dengan Jeruma yang tak berumur lama.”

Mulut pemuda itu terkunci.

“Dan gadis Kayuara itu adalah Mayang Nilamsari binti Umar Hamid, kan?!”

Pemuda itu tiba-tiba merasa kerongkongannya menyempit.

Perempuan itu kini tersenyum, benar-benar tersenyum. “Terima kasih atas ceritamu. Ayahmu memang pujangga ulung. Untuk menjelaskan semua keganjilan masa silam kami, ia bahkan merasa perlu mengutusmu untuk bertandang dalam mimpi-mimpiku sebelum akhirnya hadir di hadapanku.”

Pemuda itu tersenyum, senyum yang lebih mirip seringaian.

“Aku tidak marah pada Semibar. Tak ada guna. Aku bahkan memaklumi perkawinan itu. Cinta yang tulus adalah tinta daun bilau yang menetes di kain kafan, nodanya takkan terkelupas apalagi terhapus oleh air hujan sekalipun. O ya, sampaikan pada ayahmu: ‘Ada salam dariku’.”

Pemuda itu bangkit dari tempat duduknya. Sebenarnya ia ingin menjelaskan kalau namanya bukan Musmulikaing. Tapi hal itu menjadi tidak penting lagi ketika mendapati kenyataan yang begitu menggetarkan: seorang perempuan rela melajang hingga usianya merayap separuh abad.

Pemuda itu mencium punggung tangan Mayang dengan takzim, seolah tengah mengucapkan selamat tinggal kepada ibu kandungnya, untuk membawa kabar gembira nan memilukan ke tepian anak Sungai Musi lalu menyampaikannya kepada Semibar.

Kepada ayahnya. (*)

Labels

About Me

Apakah blog ini membantu Anda menemukan informasi?

Powered By Blogger